Orang Tua Santri Sesalkan Aksi Kekerasan Oknum Guru PP Al-Falah Limboto
KABAR KABGOR – (kabargorontalo.id), Adanya dugaan kekerasan dan pengrusakan alat seni yang dilakukan oknum guru Pondok Pasantren (PP) Al-Falah Limboto mendapat tanggapan serius dari orang tua santri.
Kepada awak media, Senin (8/2) Haryanti Lasulika salah satu orang tua santri menceritakan kronologi dugaan tindak kekerasan dilingkungan Pondok Pasantren Al-Falah Limboto.
Berawal informasi yang diterima dari anaknya melalui sambungan telepon kata Haryanti, anaknya memberitahukan bahwa gitar miliknya rusak akibat ulah dari oknum guru di pesantren tersebut.
Kemudian urai Haryanti, dirinya menanyakan kepada anak, apa yang menjadi penyebabnya.
Dalam percakapan melalui saluran seluler kata Haryanti, Anaknya mengatakan bahwa pada hari Selasa, (02/02/2021) telah terjadi penggeledahan yang dilakukan oleh oknum guru pondok untuk mencari siapa yang menyimpan handphone, akan tetapi para santri tidak ada yang mengakuinya, sehingga oknum guru tersebut, melakukan tindakan kekerasan dengan menampar para santri tepat dibagian wajah.
Selaku orang tua terang Haryanti, pihaknyapun menghubungi pimpinan pondok pasantren melalui telepon seluler untuk mengklarifikasi informasi dan memberitahukan akan datang ke pondok pasantren tersebut.
Akan tetapi jawaban dari pimpinan pondok urai Haryanti, justru berbalik menuduh dirinya membela anaknya.
“Padahal saya secara etika hanya mengklafikasi masalah tersebut.” Sesal Haryanti.
Diuraikan Haryanti, pihaknya berinisiatif untuk datang ke pondok pesantren bersama suami , untuk mengklarifikasi masalah tersebut.
Selain anaknya kata Haryanti, yang mondok di pasantren tersebut, ada juga keponakannya yang saat ini duduk dikelas XII.
Setelah melakukan klarifikasi diceritakan Haryanti, oknum guru tersebut menceritakan awal mulanya mereka melakukan penggeledahan untuk mencari siapa yang menyembunyikan handphone.
Karena memang sudah menjadi aturan pondok kata Haryanti, tidak membenarkan para santri membawa handphone didalam pondok.
Setelah memasuki kamar dari keponakan saya beserta teman-temanya terang Haryanti, oknum guru menanyakan kepada mereka siapa yang telah menyembunyikan barang/handphone, namun para santri tidak ada yang mengakui.
Kemudian oknum guru tersebut kembali bertanya lagi, tetapi para santri juga tidak ada yang mengakui.
Anehnya kata Haryanti, oknum guru tersebut dengan emosinya menampar keponakannya bersama teman-temannya santri.
Setelah kejadian tersebut dikatakan Haryanti, rupanya oknum guru ini belum puas dengan aksi penggeledahannya.
Kemudian oknum guru tersebut urai Haryanti, menggeledah lemari milik keponakannya dan menemukan sebuah gitar lalu mengambil dan membanting gitar tersebut sehingga rusak total.
“Gitar tersebut milik anak saya dimana kalau ada kegiatan ekstrakurikuler mereka gunakan”. Jelas Haryanti didampingi suaminya.
Kemudian dirinya kata Haryanti bertanya kepada oknum guru tersebut, “apakah setiap ada pelanggaran para santri akan mendapat hukuman tamparan dan harus merusa barang milik mereka?”,
Oknum guru tersebut kata Haryanti menjawab, itu sudah jadi aturan dalam pondok pasantren ini.
Disisi lain pengurus pondok pasantren membenarkan apa yang dikatakan oknum guru tersebut dan justru mengintimidasi dirinya dengan menyampaikan, “kalau saya tidak setuju dengan aturan pondok ini, silakan bawa kembali anak saya”. Saya kaget dengan ucapan dari pengurus pondok tersebut, padahal sebagai orang tua, saya hanya sebatas mengklarifikasi.” Terang Haryanti.
Kemudian pengurus pondok kata Haryanti, menghubungi saudaranya yang notabene merupakan Pimpinan Pondok.
Setelah saudaranya datang, kata Haryanti, dirinya memberitahukan kepada beliau maksud kedatangan mereka.
“Anehnya, pengurus pondok tersebut sekali lagi mengintimidasi saya dengan berkata akan mengeluarkan keponakan saya berserta anak saya dari pondok pasantren ini.” Kata Haryanti dengan nada datar.
Hal yang tidak terduga terjadi terang Haryanti, Pimpinan Pondok berdiri sambil memukul meja serta mengusir kami sambil berkata “Keluar dari ruangan ini bawa anak anda keluar dari pondok ini”. Terang Haryanti datar, sambil berkemas kemas.
Pihak pondok pesantren melalui Kepala Sekolah Pondok Pesantren Al Falah Limboto Maziatussaraf H Kau di dampingi staf guru Alim Bau, Selasa (9/2) kepada wartawan membantah bila pihaknya melakukan pengusiran terhadap orang tua santri.
Apa yang dilakukan oleh guru pondok pesantren terang Maziatussaraf adalah aturan yang telah disepakati dan ditandatangani diatas meterai 6000 antara pihak sekolah dan orang tua santri.
Terkait gitar yang di pecahkan guru kata Maziatussaraf, itu diakui dan guru yang bersangkutan siap akan menukarnya.
Sesungguhnya pihak pondok dalam bertindak kepada siswa yang nakal, tetap berpedoman pada rasa antara anak dan orang tua.
Sementara disinggung aksi usir terhadap orang yg tua santri, Maziatussaraf menjelaskan hal itu dikarenakan tidak terwujudnya Kata mupakat antara pihak sekolah dan orang tua santri. Sehingga pihaknya langsung menghubungi pimpinan Yayasan untuk menemui orang tua santri.
Pertemuan itupun kata Maziatussaraf tidak mendapatkan kata sepakat sehingga pimpinan yayasan mengungkapkan,”Saya minta maaf, dan bila orang tua santri sudah tidak bisa diajak kompromi dan tidak mau bekerja sama serta tidak mengikuti aturan pondok, Mohon maaf, silahkan bawa anak ibu keluar dari pondok.” Terang Kepsek menirukan ucapan Ketua Yayasan. (MzHs)