Wahyudin Moridu Reses di Piloliyanga: Aspirasi Petani, UMKM, dan Banjir Jadi Sorotan Utama
BOALEMO, (Kabargorontalo.id) – Reses bukan sekadar rutinitas bagi Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Wahyudin Moridu. Politisi muda dari Dapil Boalemo–Pohuwato itu menjadikan kunjungannya ke Desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta, sebagai momen mendengar langsung denyut kebutuhan rakyat di desa mandiri tersebut, Kamis (26/6/25).
Warga tak membuang waktu. Dalam forum yang dihadiri kepala desa, tokoh masyarakat, dan para pemangku adat, aspirasi mengalir deras. Petani mengeluhkan rusaknya jembatan gantung—akses vital mereka menuju lahan. Warga mendesak normalisasi sungai Piloliyanga–Ayuhulalo sebagai solusi banjir musiman yang mengancam rumah dan hasil panen. Pelaku UMKM menanti tambahan modal usaha, dan sebagian masyarakat mempertanyakan arah kebijakan soal pemekaran desa.
Wahyudin, meski saat ini menjabat di Komisi I yang fokus pada pemerintahan dan hukum, tidak menampik pentingnya isu-isu tersebut. Ia berjanji, semua suara itu akan dibawanya ke meja pembahasan provinsi.
“Komisi boleh berbeda, tapi aspirasi rakyat tetap utama. Saya siap kawal harapan masyarakat Piloliyanga, karena itu bagian dari tugas moral dan politik saya sebagai wakil rakyat,” tegasnya.
Tak sekadar mendengar, Wahyudin menunjukkan aksi nyata. Ia menyerahkan bantuan semen dari dana pribadi untuk mendukung renovasi kantor desa. Sebuah langkah kecil, tapi simbol kuat dari kepedulian langsung.
Politisi PDIP itu juga menekankan pentingnya menjadikan reses sebagai jembatan antara suara rakyat dan kebijakan daerah. Ia menolak anggapan bahwa reses hanya ajang formalitas tahunan.
“Bagi saya, suara rakyat adalah amanah, bukan sekadar data seremonial. Harus ada keberlanjutan dan keberanian memperjuangkan aspirasi dari desa ke provinsi,” pungkas Wahyudin.
Kunjungan Wahyudin Moridu di Piloliyanga tak hanya menyisakan janji, tetapi menegaskan peran seorang legislator: hadir, mendengar, dan bertindak. (Redaksi)
