Guru Adalah Panutan Generasi Penerus Bangsa
Momentum hari Guru Nasional 25 November 2021.
Dalam hal pendidikan guru adalah sosok yang sangat penting.
Hal ini karena guru merupakan sosok yang bersentuhan langsung dengan peserta didik sehingga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencerdaskan peserta didik termasuk tanggung jawab dalam segala sikap dan tingkah laku dalam rangka membimbing peserta didik agar menjadi pribadi yang berkarakter, berpendidikan dan berguna bagi Bangsa dan Negara di masa mendatang.
Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tugas dan peranan yang sangat kompleks, terutama dalam pendidikan formal.
Sesuai undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menyatakan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tentunya tanpa adanya peran dari guru proses pembelajaran akan menjadi lebih sulit, ini dikarenakan guru merupakan sosok yang harusnya menjadi pembimbing dan fasilitator bagi peserta didik. Ini merupakan bukti bagaimana berpengaruhnya peran guru terhadap motivasi peserta didik dalam belajar.
Dari masa ke masa peran guru dalam proses pembelajaran relatif sama yaitu dalam mendidik peserta didik menjadi pribadi yang berkeilmuan dan berkarakter. Akan tetapi pada era globalisasi ini justru terjadi degradasi dalam beberapa hal yang salah satunya adalah degradasi karakter pada kebanyakan guru. Dewasa ini kebanyakan guru yang harusnya menjadi panutan dan teladan justru memberikan contoh yang tidak baik kepada para peserta didiknya.
Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya terjadi hal-hal yang tidak senonoh dilakukan oleh oknum guru di lingkungan sekolah atau bahkan di depan peserta didik sekalipun.
Dalam beberapa bulan terakhir ini saja terjadi beberapa kejadian yang sangat disayangkan dan mencoreng dunia pendidikan Indonesia, dimulai dari skandal dua orang guru yang dipergoki sedang melakukan kegiatan mesum di dalam kelas, seorang guru yang melakukan live di salah satu media sosial yang terkenal “vulgar” pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, hingga tindak kekerasan yang dilakukan salah seorang guru kepada peserta didik dengan cara menendang kepalanya ketika memberi hukuman.
Sudah menjadi fakta umum bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter, apalagi dalam usia sekolah dimana peserta didik masih sangat rentan dalam meniru hal-hal yang diamati di sekelilingnya tanpa bisa menimbang dengan matang apa konsekuensi jika melakukan hal tersebut.
Sehingga semua ini tentunya akan berdampak secara tidak langsung bagi peserta didik.
Hal yang perlu ditakutkan ketika peserta didik sering dan bahkan mulai terbiasa melihat guru mereka melakukan hal-hal yang tidak senonoh misalnya berbuat mesum dan melakukan tindak kekerasan sehingga mereka tidak lagi menganggap hal itu sebagai sesuatu yang tabu yaitu mereka akan meniru apa yang guru mereka lakukan baik di lingkungan sekolah ataupun dirumah.
Akan sangat bahaya bila mereka mulai melakukan tindakan kekerasan karena sudah terbiasa dirasakan di sekolah. Dan sebagai bukti tindak kekerasan yang sering dilakukan oknum guru kepada siswanya yaitu berdasarkan data International Center for Research on Women (ICRW) Pada 2015, sebanyak 84 persen peserta didik di Indonesia mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah.
Sebanyak 45 persen siswa laki-laki menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan.
Adapun 22 persen siswi menyebutkan bahwa guru dan petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan.
Kemajuan pendidikan Indonesia ternyata tidak berbanding lurus dengan moral sebagian pendidiknya.
Nilai-nilai yang terkandung pada guru di masa lalu yang terkenal berwibawa, tegas, dan memegang teguh kode etik guru kian memudar.
Jika hal ini terus terjadi maka esensi guru sebagai pendidik, pembimbing, pengajar, serta sebagai teladan bagi peserta didik akan hilang, dan bahkan bisa berubah menjadi sosok yang tidak patut dicontoh bagi generasi penerus bangsa.
Dikutip perkataan dari Albert Einstein “Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya.“ yang mempunyai makna bahwa hal-hal yang telah berlalu bukan berarti kita harus lupakan begitu saja, akan tetapi hal itu bisa kita gunakan sebagai pelajaran untuk maembangun kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang, dan kitapun harus bertanya kepada diri kita sendiri apakah hal yang telah kita lakukan hari ini sudah tepat untuk menggapai hal tersebut.
Dalam kasus ini, bukan menjadi masalah pula apabila guru-guru kita harus kembali untuk mempelajari nilai-nilai positif dari guru pada masa lalu seperti halnya wibawa, ketegasan, dan kedisiplinannya dalam mematuhi kode etik. Meskipun dalam mempelajarinya diperlukan juga pengembangan-pengembangan sehingga bisa menyesuaikan dengan zaman ini, karena dalam implementasinya guru yang berwibawa bukan berarti tidak senyum, tegas bukan berarti selalu menyelesaikan masalah dengan kekerasan, dan mematuhi kode etik bukan berarti kaku dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam menanggapi fakta yang terjadi belakangan ini, saya berpendapat bahwa tidak hanya peserta didik yang harus ditingkatkan sumber daya manusianya.
Akan tetapi pemerintah juga perlu meningkatkan sumber daya manusia guru dengan salah satu hal yang yang perlu diperhatikan yaitu memberikan pendidikan moral dan karakter kepada mereka yang saat ini sudah mulai pudar. Hal ini penting dikarenakan guru merupakan sosok teladan bagi peserta didiknya dan merupakan sosok ujung tombak yang memegang nasib generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.
Saya percaya bahwa apabila moral guru sudah baik dan bisa menjadi teladan bagi peserta didik, maka moral dan karakter peserta didik juga akan menjadi lebih baik disamping pendidikan moral dan karakter yang juga harus diberikan kepada mereka. Selain itu, dengan ini saya berharap pendidikan Indonesia bisa terus maju untuk kedepannya, agar di masa mendatang negara ini bisa dipegang oleh tangan-tangan yang berkeilmuan dan berkarakter sebagai penerus bangsa Indonesia.
PENULIS : Apris Mohamad Nawu
Ketua Bidang Pengembangan Organisasi (P3OA) PAPMIB-G
Paguyuban Bone Bolango:
Persatuan Aksi Pelajar Mahasiswa Indonesia Bone Bolango Gorontalo.
Penerbit : Kabargorontalo.id