Nasional

Gobel Grup: Lebih dari Sekadar Industri, Ini Filosofi Bangsa

JAKARTA (KG)— Gobel Grup kembali menjadi sorotan dalam seminar dan testimoni buku bertema “Teknologi, Industrialisasi, Transformasi Digital, dan Kerja Sama Internasional” yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada Selasa, 17 Juni 2025.

Salah satu tokoh penting yang hadir, Prof. Dr. Ir. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, IPU, ASEAN Eng—Rektor Institut Teknologi Indonesia sekaligus Guru Besar Sistem Informasi Manajemen di UIN—mengangkat Gobel Grup sebagai simbol industrialisasi Indonesia yang bermakna dalam, bukan sekadar lini produksi.

“Gobel bukan hanya perusahaan. Ia filosofi bangsa yang hidup dalam praktik industri,” tegasnya di hadapan peserta.

Menurut Prof. Syopiansyah, kisah sukses Gobel Grup dalam membangun industri elektronik bukan hanya karena kemitraannya dengan Panasonic Jepang. Lebih penting dari itu, perusahaan ini berhasil mentransformasikan transfer teknologi menjadi kekuatan nasional—dengan menguasai pengetahuan, mengembangkan budaya kerja, hingga menanamkan nilai-nilai luhur seperti Asah, Asih, Asuh.

“Itu bukan sekadar slogan—tapi wujud nyata Pancasila di dunia korporasi,” ungkapnya.

Ia juga menekankan bahwa industrialisasi bukan sekadar soal produksi barang. Lebih dari itu, harus ada proses pembentukan nilai yang pada akhirnya mengarah pada kedaulatan ekonomi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap produk asing. Gobel Grup, menurutnya, telah menjadi model bagaimana membangun bangsa melalui industri yang berakar pada nilai.

Tantangan baru muncul di era digital. Ketimpangan akses teknologi antarwilayah dan ketergantungan pada infrastruktur asing jadi masalah serius. Di sinilah peran strategis perusahaan-perusahaan seperti Gobel Grup sangat dibutuhkan—sebagai pelopor dalam membangun kedaulatan digital.

“Literasi dan talenta digital harus jadi prioritas. Kita tidak bisa bergantung terus pada luar,” katanya.

Seminar ini juga menyoroti pentingnya peran santri dan akademisi dalam inovasi teknologi. Prof. Syopiansyah mengajak dunia pesantren dan perguruan tinggi ikut mendorong wirausaha berbasis teknologi yang tetap berpijak pada nilai dan spiritualitas.

“Teknologi bukan milik teknokrat semata. Santri dan sarjana juga bisa jadi pionir,” ujarnya

Menutup refleksinya, Prof. Syopiansyah berharap Gobel Grup bisa terus berinovasi di tengah gelombang teknologi baru seperti AI, Blockchain, dan Big Data. Namun, ia mengingatkan agar nilai tetap jadi fondasi utama.

“Yang ditransfer jangan hanya mesin, tapi juga nilai. Gobel yang baru harus canggih tapi tetap berakar,” pesannya

Seminar ini membuktikan bahwa Gobel Grup bukan hanya bagian dari sejarah industri Indonesia. Lebih dari itu, ia menjadi simbol masa depan—tempat di mana Pancasila, semangat wirausaha, dan transformasi digital bertemu untuk membentuk ekonomi nasional yang berdaulat dan berdaya saing global. (Redaksi).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button