WPR di gali Mengunakan Puluhan excavator Tangkap Pengusaha Haja Suci dan Jumadi di PETI Pohuwato

Kabar Pohuwato, – kabupaten pohuwato dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, khususnya emas, kini menghadapi masalah serius terkait aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI).
Berdasarkan keterangan dari para pekerja itu lokasi haja Suci dengan memperkerjakan pulan alat berat dan para pekerja dari luar daerah.
“Ya, benar itu lokasi ibu Suci yang mengunakan puluhan alat berat dan mempekerjakan orang luar”
Urai Yasin mendatangi kantor Media, lokasi WPR yang di sediakan pemerintah dominasi di kelola oleh pelaku usaha dari luar.
Disisi lain, rakyat penambang Pohuwato merasa di rugikan adanya para pelaku usaha dari luar membabi buta menggali lokasi WPR milik penambang lokal yang menggunakan alat berat di lokasi botudulanga.
“Kami merasa di rugikan selama ini lokasi WPR di botudulanga telah di sediakan mala abis di kerjakan oleh pengusaha dari luar,” makanya tangkap haja Suci di PETI ucapnya dengan nada keras.
Sambung Yasin, Masalah ini tidak hanya mencemari lingkungan dan mengancam kelestarian alam, tetapi juga melibatkan dinamika sosial yang kompleks, terutama bagi para Kabilasa—pekerja lokal yang selama ini menggantungkan hidup mereka pada penambangan emas secara manual.
Ironisnya, mereka kini justru semakin terpinggirkan oleh keberadaan pelaku PETI yang datang dari luar daerah Pohuwato.
Di lokasi-lokasi seperti desa hulawa Kecamatan Buntulia, terlihat jelas perbedaan antara cara kerja Kabilasa lokal dan para penambang ilegal dari luar daerah, yaitu haja Huci.
Kabilasa dengan peralatan manual dan tenaga manusia, menjaga keseimbangan alam dalam aktivitas mereka. Meski hasil yang didapatkan tidak sebanyak mereka yang menggunakan alat berat, Kabilasa tetap bekerja dengan prinsip menjaga lingkungan.
Di sisi lain, para penambang ilegal dengan alat berat ekskavator—seperti yang dioperasikan oleh tokoh-tokoh seperti jumadi, haja Suci, Daeng Ambo, dan kawan kawan cepat merusak alam, menghancurkan ekosistem, dan mempercepat kerusakan lingkungan yang tak terpulihkan.
Red: Persatuan Wartawan Investigasi